Sejarah Hantu : Bertemu Betty Mariam

Cerita ini akan sedikit berbeda dengan cerita hantu lainnya yang saya tulis sebelumnya. Sosok ini begitu rumit sehingga saya perlu lebih banyak waktu untuk menulis dan menyimpulkan ceritanya. Berat dalam artian kekuatan untuk menulis karena banyak kisah tragis yang menyelimuti kehidupan Betty dulu. Semoga kisah ini bisa lebih meringankan bebannya. Setiap tulisan hantu yang saya buat saya selalu berharap pembaca mau mendoakan supaya mereka bisa tenang dan kembali ke tempat yang seharusnya. Karena apa yang mereka rasakan sebelum dan sesudah mati sama saja tersiksanya. Ya, mungkin terkadang kita berpikir bahwa mereka hanya ingin mengganggu dan mencari perhatian. Tapi dibalik itu permintaan tolong mereka hanyalah untuk mendoakan suapaya mereka bisa tenang.
Septino Wibowo
Bertemu Betty,
12 Tahun lalu saat aku berumur 8 tahun aku suka sekali bermain dengan teman sebayaku di sekolah sepulang sekolah. Saat sekolahan mulai sepi aku kadang berjalan ke sekolah di parkiran sepeda sendirian. Bukan untuk bermain dengan 'mereka' tapi menunggu teman temanku yang lain datang. Suatu hari saat aku menunggu teman temanku sambil duduk di teras sekolah kelas empat, aku mendengar suara kaca yang diketuk dibelakangku. Aku kaget bukan main dan cepat menoleh ke sumber suara. Seorang gadis kecil berponi dengan wajah pucat dan mata besar berwarna coklat tersenyum dibalik kaca kelas empat.

Baju yang ia kenakan menurutku aneh, banyak lumpur yang menempel di bajunya yang berwarna putih lusuh dan ada banyak luka di lengan dan kakinya. Dia berbisik pelan dibalik kaca itu tapi aku masih bisa mendengarnya, "Jangan bermain disini, dia bisa marah dan menghukummu!!". Sejenak aku berpikir dengan otakku yang masih polos. Aku tak mengerti apa yang dia bicarakan. Siapa dia yang dimaksud? kenapa harus marah dan menghukumku?

Aku bertanya padanya tentang hal itu tapi dia segera menjawab seolah-olah dia bisa membaca pikiranku. "Dia yang suka mengintip anak kecil didalam sana!!" (Sambil menunjuk kearah toilet sekolah). Aku penasaran dengan apa yang dia katakan, jadi aku berjalan menuju toilet. Ketika aku berada didalam toilet yang kulihat hanya gelap gulita karena lampu toilet memang sudah lama mati dan tidak diganti. Bau tak enak dari toilet mulai menggangguku, aku pun keluar dari toilet.

Setelah itu beberapa temanku datang dan menghampiriku. Temanku berkata, " Apa yang kau lakukan didalam toilet sendirian? Apa kau tak tau kalo disana ada kuntilanak dan wewe?". Aku segera menoleh kebelakang, kearah toilet tadi. Aku menggeleng kepala dan berkata, " Aku tak melihat apapun, disana hanya gelap dan bau yang tidak enak dari dalam toilet. Jangan menakut nakutiku".

"Siapa yang menakut-nakutimu, aku berkata yang sebenarnya. Dulu ada orang yang pernah melihat kuntilanak bahkan di siang hari, dan wewe ketika sore menjelang maghrib" Kata temanku yang satunya lagi. "Kata anak itu kalo kita bermain disini akan dimarahi yang ada di toilet itu" Kataku (Sambil menunjuk ke arah kelas empat tempat anak kecil berponi itu). "Kata siapa? tidak ada orang disana" Kata temanku celingukan melihat kearah yang ku tunjuk.

"Sudahlah ayo kita pergi bermain di sawah saja, aku merinding disini" Kata temanku yang satunya lagi. Kami pun pergi dari tempat parkir sepeda di sekolah. Aku melihat kearah anak kecil berponi itu lagi, dia nampak sedih.

Bersambung.....