Sejarah Hantu: Luna Ningrum Sinangsih

Halo guys, kembali lagi kali ini saya akan melanjutkan artikel tentang Luna Ningrum. seorang sosok yang dulu pernah saya temui waktu SMP dulu. Sosok yang tak akan berhenti mengikuti sebelum apa yang ia inginkan terpenuhi. Dan sialnya dia memilih saya sebagai wadahnya untuk mengungkapkan segalanya yang ia ingat dan rasakan. Masa-masa gelap saya waktu SMP benar-benar membuat saya seperti orang gila. Ya... semuanya sudah saya lewati walaupun tidak sebaik yang terlihat tapi sudah cukup untuk merubah saya menjadi orang yang lebih baik.
Septino Wibowo
Langsung saja saya melanjutkan apa yang terjadi pada malam Luna memaksa melihat memorinya. Semalaman saya tidak bisa tidur, semuanya begitu membingungkan. Seolah saya berada dalam cerita itu dan melihat kejadian demi kejadian yang ia lalui. Semuanya terlihat begitu nyata, bahkan saya dapat merasakan kebisingan di telinga saya walaupun smuanya hanya dalam otak saya.

Paginya, Setelah Luna menceritakan kisahnya, dia diusir oleh Nenek karena masuk tanpa izin ke wilayah 'teman' nenek yang berada di ruang tamu. Lua akhirnya pergi dan terkadang kembali jika sesaat saya memikirkan atau membicarakan dia. Dia pasti akan terlihat senang dan sedikit merasa ringan. "Jika kau membagikan cerita riwayatku pada teman-temanmu aku merasa sedikit kerikil dalam diriku runtuh dan aku merasa sedikit lebih ringan walaupun aku tidak mau kembali" Kata Luna.

"Aku ingin mendengar mereka membicarakanku, dan kemudian mendoakanku supaya aku bisa menemukan ayah kandungku dan juga kakakku. Kau tau, ditinggal orang yang kau cintai itu sakit. Apalagi mereka meninggalkanmu tanpa pamit dan tak jelas dimana mereka berada sampai ajal tetap membuatmu penasaran dimana mereka berada" Kata Luna dengan isak tangis walaupun tidak keluar air matanya tapi dari mimik muka pucatnya yang sedih, saya bisa merasakan apa yang ia rasakan.

"Mereka bilang aku cantik, hidung mancung, kulit putih bersih, bermata nirwana, berambut pirang dan selalu tersenyum. Tapi apa kau tau sep, mereka tidak pernah mengenalku bahkan apa yang aku ceritakan mereka hanya peduli dengan fisikku dan memperlakukanku seperti boneka" Kata Luna ketika menceritakan bagaimana orang-orang pesisir memperlakukannya seperti boneka. Memuji dia sementara dibelakang mencibir sebagai anak haram seorang pedagang jerman dan buruh ikan.

"Aku menyesal waktu itu aku tidak mendengarkan kata nenekmu untuk tetap berada di rumah, laki-laki itu memang brengsek. Dia mencampakanku setelah tau aku hamil, dan ketika aku mengejarnya untuk bertanggung jawab, dia membunuhku dengan cara yang tidak manusiawi" Ucap Luna ketika menceritakan tentang kekasihnya dengan emosi yang luar biasa membuat saya sedikit migren dan ingin muntah waktu itu.

"Aku disindir seorang pelacur oleh tetanggaku. Aku tau apa yang kulakukan salah tapi aku tidak serendah seperti apa yang mereka katakan tentangku. Walaupun aku tak peduli dengan ucapan mereka, tapi ibuku tidak sama. Dia terus memikirkan perkataan tetangganya yang setiap hari menggunjing dan menatap rendah dia. Kau tau, rasanya seperti luka yang ditaburi garam. Bahkan setelah ditaburi garam luka itu masih diberi minyak tanah kemudian dibakar. Sakitnya bukan main, aku bahkan meringis memegang dadaku sambil menangis melihat ibuku mati karena meminum racun" Luna menceritakan bagaimana ibunya meninggal.

"Aku sangat sayang kakakku, dia panutanku. Walaupun kami tak pernah ketemu sejak aku berusia lima tahun. Tapi aku tahu dia juga sayang padaku dan akan terus memikirkan adik manisnya ini. Ayahku yang tampan dengan kulit yang sama denganku tentu juga akan mengingatku. Tapi aku bingung harus kemana mencari mereka. Ibu bilang Ayah dan kakak pergi berlayar jauh sekali dan akan pulang suatu saat. Dan aku rasa menunggu mereka lebih melelahkan daripada seharian mengangkat satu ton ikan segar dari perahu nelayan" Kata Luna dengan gaya khasnya menyeka keningnya seolah-olah ada keringat yang dia seka. Luna menceritakan bagaimana dan kemana Ayah dan kakaknya pergi.

"Kau tau, di jamanku tidak ada yang namanya kereta beroda empat di jalan raya. Bahkan jalanan tak pernah terlihat mengkilat seperti sekarang. Kemanapun aku pergi pasti banyak sekali api yang menyala di setiap rumah dengan warna putih yang indah. Ada juga banyak hal aneh lainnya yang membuatku heran tapi takjub melihatnya. Tuhan sungguh luar biasa ya" Luna menceritakan keadaan apa saja yang ada di jamannya dan membandingkan dengan jaman sekarang yang serba instan dan berbeda.

"Lucu sekali ya, kau melihatku seperti seorang idiot di lorong sekolah. Walaupun aku tau kau mencoba menghindariku jangan harap itu akan berhasil. Aku bisa berada dimanapun kau berada bahkan dalam mimpi burukmu. Kau tau, di sekolahmu itu sungguh tak nyaman. Mereka semua terlihat jelek bahkan orang tua kerempeng pemotong tumput itu suka memarahiku jika aku mau bertemu denganmu. Dia sungguh menyebalkan, aku ingin menendang mulutnya yang lebih panjang dari hidungnya itu. Wajah jeleknya selalu aku lihat setiap hari. Itu membosankan." Luna menceritakan tentang sekolah dan tukang kebun sekolah.

"Di masaku dulu semuanya yang nampak hanya pesisir pantai dan sedikit rumah yang jaraknya berjauhan satu dengan yang lain. Bahkan kau perlu berlari untuk pergi ke rumah tetangga. Aku heran kenapa orang orang begitu miskin dengan banyaknya tangkapan ikan yang setiap hari mereka dapat." Kata Luna menceritakan tentang lingkungan desanya.

"Kau tau, setiap aku melihat temanmu yang sok keren itu. Aku mengingat kekasihku lagi dan lagi. Rasanya aku ingin sekali mencekiknya. Aku sungguh tak suka dengan temanmu itu, dia itu bodoh dan suka pamer. Aku yakin orang tuanya menyesal punya anak yang tak tau diri sepertinya. Sering mencontek, bertengkar dengan yang lain dan tak menghargai pembimbingnya. Sebaiknya kau menjauhi orang-orang seperti itu septino. Kau akan celaka jika berteman dengan dia, aku yakin itu." Kata Luna mengomentari temanku waktu SMP.

"Kenapa kau berpura-pura nakal dan berkata kasar kepada teman-temanmu? Apa kau pikir dengan cara itu kau bisa lebih tenang dan mengabaikan keberadaanku dan yang lain? Kau tau, para penghuni memperhatikanmu sejak kau mendaftar masuk ke sekolah yang indah ini. Mereka hanya ingin berteman denganmu. Kenapa kau begitu pengecut dan penakut. Bukankah sudah lama kau bisa melihat kami? Kau sangat bodoh septino. Walaupun kau punya otak yang cerdas, tapi percuma jika kau tak memanfaatkannya dan membuang waktumu hanya untuk hal bodoh seperti kemarin" Kata Luna menasihati saya supaya.

"Terima kasih karena kau sudah sudi meluangkan waktumu. Aku yakin tugasmu masih banyak untuk menolong yang lainnya. Jangan lakukan hal bodoh itu lagi, karena mati dengan cara seperti itu bukan menyelesaikan semua masalahmu karena justru awal dari masalah barumu yang akan sangat panjang" Kata Luna.

Baiklah itu semua kata-kata Luna yang masih saya ingat karena Luna itu terlalu cerewet sampai saya lupa berapa banyak yang ia katakan dulu. Dan sekarang saya memintanya kembali untuk menceritakan kembali kisahnya karena saya agak lupa visual yang ia berikan waktu dulu. Seperti anak remaja kebanyakan, Sosok Luna adalah sosok yang energik dan sedikit centil.

Baiklah inilah kisah Luna Ningrum Sinangsih.
LUNA
Lahir dengan paras yang berbeda dengan anak-anak di desanya dia menjadi pusat perhatian semua orang. Tinggal di Desa kecil pesisir pantai membuatnya sangat bahagia hidup dengan ibu, kakak dan ayahnya. Luna seorang gadis yang sangat ceria dan energik selalu membantu kakak dan orang tuanya bekerja sebagai nelayan. Tak banyak aktivitas yang dilakukan Luna. Bermain, membantu mengangkat ikan dari laut dan berenang.

Di usia 5 tahun, Ayah dan kakaknya pergi berlayar entah kemana. Ketika Luna bertanya pada Ibunya, Ibunya hanya bilang mereka pergi berlayar sebentar dan akan segera kembali. Hari-hari Luna berubah agak sedikit sepi tanpa kehadiran kakak dan ayahnya yang sering bercanda dengannya. Ibu Luna tipekal orang pendiam dan lebih suka berkerja daripada banyak bicara. Ibu Luna setiap hari bekerja menjadi buruh yang membantu mengangkat ikan dari laut, mencari kayu bakar di hutan, dan bekerja sebagai laden (Pelayan) untuk para orang asing yang datang ke desa untuk mengambil hasil tangkapan ikan dan rempah-rempah.

Tahun 1700an keadaan sedikit berubah, semenjak adanya VOC. Satu per satu penduduk semakin bertambah karena banyak yang mengungsi ke desa tempat Luna tinggal. Luna yang beranjak remaja mulai tertarik dengan wajah pria berkulit sawo matang bernama Andi. Mereka sering mengabiskan waktu bersama dengan bermain di pantai walaupun sebentar karena harus membantu orang tua mereka masing-masing bekerja. Luna merasa bahwa dia mulai menyukai Andi.

Luna pun bercerita tentang perasaannya pada Ibunya. Ibunya hanya tersenyum dan memberi nasihat pada Luna supaya tetap menjaga jarak, karena moral dan harga diri begitu dijaga waktu itu. Jika seseorang merusak moralnya dan harga dirinya sendiri, maka akan banyak orang yang mencibir dan membicarakannya. Itulah penduduk desa.

Di usia Luna yang sudah menginjak 16 tahun, Andi akhirnya mengungkapkan ketertarikannya pada Luna yang dua tahun lebih muda darinya. Luna pun bahagia karena Andi bilang akan segera mempersuntingnya. Tapi, dengan satu syarat, Luna mau memberikan apa yang Andi mau. Hingga hal itu terjadi Luna mulai menunjukkan gejala kehamilan. Ketika dukun(dokter) memeriksanya ternyata benar Luna hamil.

Ibu Luna benar-benar kecewa dan bertengkar hebat dengan Luna. Setelah perkelahian itu, semuanya tampak sunyi. Tak ada canda tawa dan kebahagiaan. Luna pun setiap hari menagih janji Andi yang akan segera menikahinya tapi Andi beralasan masih harus membantu orang tuanya bekerja dan mengumpulkan uang.

Ketika Luna kembali ke rumah, banyak orang yang berkumpul didepan rumahnya. Ketika Luna mendekat mata para penduduk pun melihat Luna dengan tajam. Mereka menatap Luna sinis dan mulai menghina Luna habis-habisan. Ibu Luna menangis dan menghampiri Luna dan memeluknya. Luna dan Ibunya masuk kedalam rumah dan mengunci rapat pintu.

Luna meminta maaf kepada Ibunya karena telah mempermalukannya atas perbuatannya yang sudah diluar batas. Keesokan harinya Ibu Luna jatuh sakit. Di hati itu juga Ibu Luna menceritakan kemana Ayah dan Kakaknya pergi. Ayah dan Kakak Luna pergi ke Deutschland (Jerman) untuk bekerja dan tak akan kembali. Ibu dan Ayah Luna membuat kesepakatan jika Ayah Luna pergi maka Luna tak boleh dibawa dan tetap tinggal dan Kakak Luna sebagai gantinya.

Karena Luna waktu itu tidak mengerti dimana itu Deutschland (Jerman), Luna langsung berkeinginan pergi menyusul Ayah dan Kakakknya dan membawa mereka pulang kembali tapi Ibunya melarangnya. Ibu Luna berkeinginan Luna tinggal. Luna tidak bisa menolak permintaan Ibunya, Luna sangat menyayangi Ibunya itu.

Seiring berjalannya waktu, tetangga Luna mulai tak terkendali dengan mulut mereka. Ibu Luna dipecat dari pekerjaannya menjadi buruh ikan dan laden. Luna yang tak mendapat pekerjaan di desa berniat untuk pergi dari desa karena Andi yang tak kunjung menikahinya dengan banyak alasan dan keadaan ibunya yang mulai memburuk.

Hingga satu hari yang tak terlupakan di memori Luna. Ketika bangun tidur, dia pergi ke kamar ibunya dan melihat ibunya sudah tak bernafas lagi dengan wajah pucat dan bau yang tak enak. Ada busa yang terus keluar dari mulut ibunya. Para tetangga pun berdatangan dan hanya beberapa orang yang mau menemani Luna mengebumikan Ibunya.

Belum hilang kesedihannya kehilangan orang tercintanya, Luna mendapatkan kabar bahwa Andi dan keluarganya akan pergi berlayar pindah ke Borneo (Kalimantan). Luna yang mendengar kabar itu pun langsung pergi ke kamarnya mengambil uang dan berlari lagi ke pesisir pantai. Tapi kapal yang dinaiki Andi dan keluarganya sudah pergi beberapa saat setelah Luna datang kata beberapa orang yang Luna tanya tentang keberangkatan kapal.

Cuaca mulai memburuk dengan awan hitam dan petir yang terlihat kilatannya dari jauh di lautan. Luna pun nekad menyewa perahu untuk menyusul Andi tapi temannya yang bernama Sarti melarangnya dan mencoba menenangkan Luna. Luna pun menangis histeris. Luna tak kuasa menahan sakit hatinya ditinggal semua orang yang ia sayangi dan dihianati.

Pikiran Luna melayang membayangkan Ayah dan Kakaknya serta Andi. Luna berandai-andai jika ada kakak dan ayahnya semua ini pasti tak akan terjadi. Sejenak Luna menatap Sarti yang juga menangis merasakan sakit hati Luna. Luna pun bertaka pada Sarti akan menyusul Andi dan kemudian pergi ke tempat Ayah dan Kakaknya berada.

Luna pun melepas genggaman tangan Sarti dan berlari ke perahu layar yang ia sewa dan dengan nekad langsung pergi meninggalkan Sarti yang tak henti hentinya meneriakkan nama Luna sambil menangis. Banyak orang yang melihat Luna dengan tatapan kasian. Ada beberapa orang yang menyusul Luna untuk membawa Luna kembali tapi karena cuaca semakin memburuk mereka mengurungkan niatnya.

Beberapa jam Luna di tengah lautan Luna menangis mengingat semua kejadian demi kejadian yang menimpanya. Dia tak sadar berada dimana dan bingung kearah mana perahunya akan pergi. Badai mulai datang, Hutan turun sangat lebat. Luna kualahan menarik layar perahunya yang terombang ambing oleh arus ombak di lautan. Dalam pikiran Luna melayang mengingat wajah ibunya yang terpejam untuk terakhir kalinya, kemudian mengingat wajah ayah dan kakaknya yang terakhir kali ia tau, Andi yang mengungkapkan janjinya serta wajah Sarti yang menangis histeris menyebut namanya berulang kali.

Dan Gelombang besar pun menerjang perahu Luna dan menghancurkan perahu itu. Luna pun tenggelam terombang ambing oleh arus ombak yang naik turun tak beraturan. Kemudian semua yang dilihat Luna adalah biru bersinar.

Dan berikut kata-kata yang terakhir Luna ucapkan sebelum ajalnya tiba, "Aku menyesal tak mendengarkanmu Sarti, kini semuanya terasa ringan. Ibu, Maafkan aku yang tak bisa menjaga harga diriku dan membuat Ibu terhina. Ayah, Kakak, aku rindu kalian. Hal terakhir yang ingin aku lakukan hanya bertemu dengan kalian dan mengadukan segalanya dan membunuh lelaki brengsek yang sudah menghamiliku. Aku menyesali semuanya, maafkan aku Ibu, Ayah, Kakak, dan Sarti kau adalah sahabat terbaikku"

Setelah itu semuanya gelap. Dan itulah akhir hidup sosok Luna Ningrum Sinangsih.

Semoga cerita diatas dapat memberi kita banyak pelajaran tentang hidup ini. Dapat menyadarkan kita dari apa yang kita perbuat merupakan suatu resiko. Semoga kalian enjoy bacanya ya, dan menghibur kalian tentunya. Jika kalian suka cerita di blog saya kalian bisa share artikel ini ke teman-teman kalian yang suka dengan cerita semacam ini. Kalian juga bisa berlangganan artikel saya selanjutnya dengan cara memasukkan email kalian di kotak langganan dibawah ini. Setiap artikel yang diupdate maka akan ada notifikasi yang masuk ke email kalian.

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung ke blog saya. Ingat! Mereka itu ada di sekitar kita. Septino Wibowo