Bertemu 'Sosok' Luna Ningrum di Lorong SMP

Halo guys, akhirnya update lagi yak hehe. Di artikel ini saya akan membahas tentang sosok Luna Ningrum. Sosok ini mungkin sudah lama saya kenal tapi ya sekedar bercerita saja dan lagipula dia iri karena beberapa sosok yang saya tulis bercerita padanya bahwa saya menulis mereka di blog dan kini banyak orang yang tahu tentang mereka. Dan karena ke-iri-an Luna beberapa hari lalu dia datang dengan ciluk ba di tembok kamar saya.
Septino Wibowo
Semua orang pasti akan jantungan jika pertemuan sekian lama diawali dengan hal seperti itu, begitupun dengan saya. Walaupun saya bukan orang yang mudah dikageti tapi karena bukan manusia yang tiba-tiba muncul pasti ya begitulah rasanya.

Pertama-tama saya ingin membalas pertanyaan yang datang di chat fb dan DM insta beberapa minggu ini yang saya abaikan karena banyaknya aktivitas/gangguan yang seperti biasa selalu datang.
Banyak yang bertanya, bagaimana saya melihat 'mereka', apakah secara langsung tampak jelas atau ada hal lainnya?

Pertanyaan yang bagus. Jawabannya adalah tidak seperti itu. Jadi, kepekaan setiap orang yang 'bisa melihat mereka' itu berbeda-beda. Ada yang hanya bisa merasakan mereka ada disekitar tapi tak bisa melihatnya. Ada yang bisa merasakan kehadiran mereka dan melihat mereka (tanpa bertatap muka) sudah terlihat ada sosok apa saja disekitar tapi tidak bisa mendengar dan berinteraksi dengan 'mereka', dalam kata lain hanya bisa melihat dan merasakan. Ada yang bisa merasakan, melihat, dan berinteraksi dengan 'mereka'. Dan ada juga yang merasakan, melihat (tidak semuanya/tidak dalam bentuk sempurna/transparan/hanya berupa butiran orb/cahaya/asap) dan berinteraksi. Dan saya termasuk yang terakhir.

Pertanyaan kedua. Bagaimanakah cara mereka menceritakan kisah mereka kepada saya?

Jawabannya adalah melalui visual ke otak. Jadi, ketika saya berinteraksi dengan sosok tertentu pasti yang lainnya ikut nimbrung karena ingin curhat juga. Jadi dengan cara berbicara secara langsung dengan sosok itu atau dengan penyerapan energi dan penyaluran antara saya dengan sosok yang ingin bercerita itu untuk mendapat visualnya. Dalam pikiran saya akan seketika terproyeksi seperti film layar lebar yang tergambar apa saja yang sosok itu alami semasa hidup. Itu pun tidak semua, karena prosesnya bertahap. Bisa dari mimpi, dari banyak interaksi lainnya tentunya. Dan itu memerlukan banyak sekali tenaga dan energi untuk saya karena 'sosok itu menyerap energi saya' ketika berinteraksi.

Saya rasa dua pertanyaan itu yang kebanyakan pembaca saya tanyakan. Untuk pertanyaan lainnya saya akan jawab di artikel selanjutnya ya hehe. Sekarang langsung saja ke cerita Luna Ningrum. Artikel ini bakal seperti mini Bab novel hehe. Smoga betah ya bacanya.

Awal Mula Mengenal Luna Ningrum
10 tahun lalu, saat saya masih berusia 11 tahun. Setelah saya disunat banyak hal yang terjadi (dari hal supranatural). Saya mengalami masa depresi berat karena apa yang saya lihat semakin beragam dan bentuknya yang tak manusiawi membuat saya sedikit gilu setiap hari. Walaupun saya tidak pernah bercerita tentang hal ini kepada ibu saya tapi nenek tahu apa yang saya alami.

Suatu malam ketika ibu pergi ke musholla, nenek berbicara dengan saya tentang hal ini. Nenek bilang saya akan terbiasa dengan hal ini. Nenek bilang abaikan apa yang mereka lakukan karena di rumah ada penjaga yang akan mengusir 'mereka' yang memiliki niat buruk. Nenek adalah satu-satunya anggota keluarga yang satu saya bisa melihat 'mereka' karena nenek juga bisa melihat 'mereka'. Nenek juga orang satu-satunya yang bisa saya curhati tentang hal ini. Jadi saya menceritakan semuanya pada nenek. Nenek pun paham dan menyuruh saya untuk tidak terlihat stres. Nenek menyuruh saya supaya bersikap biasa, dam selalu bilang manusia lebih unggul segalanya dari 'mereka' jadi tak perlu takut.

Setelah dua minggu masuk SMP, masa gelap saya pun dimulai. Saya mulai menjadi anak yang lebih bisa dibilang urakan dan tak terkendali. Hal ini saya lakukan untuk menghilangkan ketakutan saya dari sosok-sosok yang ada di SMP saya. Terkadang ada sosok-sosok yang tak sengaja bersentuhan dengan saya dan karakter saya berubah-ubah. Di kelas VII saya yang menjadi ketua kelas yang tak baik. Berkelakuan aneh, suka bicara seenaknya, dan banyak anak yang membenci saya.

Walaupun dalam hati sedih untuk berpura-pura nakal dan seenaknya tapi saya lakukan untuk mengalihkan perhatian dari banyaknya sosok yang mulai tahu bahwa saya bisa melihat 'mereka'. Dan sosok yang membuat saya ketakutan setengah mati pun muncul. Di hari jum'at saat setelah pramuka, sore hari mungkin antara jam setengah lima sore. Saya ke wc siswa yang terletak dibagian ujung dan disampingnya ada sumur yang ditutup. WC yang luar biasa menjijikan dan kotor membuat saya tak bisa berlama-lama karena ada sosok hitam bermata besar melihat saya dari atas.

Ketika saya keluar dari WC sekolah sudah sepi siswa, hanya ada tukang kebun dan beberapa anak yang ada di aula karena suara mereka terdengar dari kejauhan. Saya pun berjalan di lorong dan sosok Luna pun muncul. Seketika saya berteriak karena kaget setengah mati. Walaupun teriakan saya tidak kencang tapi cukup untuk membuat tukang kebun yang sedang minum kopi di halaman sekolah tesedak dan sosok Luna itu sendiri juga kaget.

Antara ingin tertawa dan takut saya pun berjalan lebih cepat melewati bayangan Luna dan amukan penjaga kebun yang menggerutu tak jelas. Sampai di gerbang sekolah sudah sepi tak ada satupun orang yang lewat. Saya masih harus berjalan dengan jarak 500m untuk mencapai jalan raya karena letak sekolah saya yang jauh dari jalan raya. Saya merasa ada yang mengikuti saya tapi tak ada siapapun dibelakang saya.

Sampai di rumah dengan rasa capek berat karena menunggu angkot yang lumayan lama karena sore hari. Saya pun ke kamar saya dengan kasur baru. Saya pun tidur setelah mandi dan sholat maghrib mengabaikan makan malam. Di mimpi saya waktu itu yang masih saya ingat sekali saya bertemu sosok Luna itu lagi, dengan wajah remaja antara bule tapi berkulit agak gelap dan bermata coklat berambut pirang hidung mancung bergaun putih.

Sosok itu berbicara dalam bahasa jawa, dan seperti inilah terjemahannya kurang lebih, "Namaku Luna Ningrum. Bolehkah aku tinggal denganmu? karena aku ditolak ditempat asalku. Aku tak memiliki tempat tinggal. Semua orang yang kukenal menghilang. Keluargaku tak ada sejak lama. Semuanya tak menerima keberadaanku. Aku sendirian. Aku tahu kau bisa melihatku sore tadi. Tolong aku untuk memiliki tempat tinggal, hanya kaulah yang aku yakin memiliki hati yang putih dibalik kelakuan burukmu di sekolah".

Seketika aku terbangun dari tidur dengan keringat segede jagung. Dan sosok itu ada tepat di sampingku dengan wajahnya dan wujudnya yang berbeda (pucat, banyak darah dan noda di gaun putihnya). Aku pun terkaget lagi dan sedikit meloncat dari tempat tidur. Sosok itu pun diam dengan wajah pucatnya membuat saya merasa ketakutan. Walaupun sosok itu bukan pertama kali yang saya lihat tapi tetap saja saya penakut.

Dan disinilah awal perkenalanku dengan wanita blasteran jerman jawa. Cerita lengkap tentang masa Luna Ningrum akan diupdate di artikel berikutnya.

Nah begitulah pertemuan saya dengan sosok Luna Ningrum di lorong sekolah saya dulu. Semoga cerita diatas dapat meghibur kalian semua. Ambil baiknya buang buruknya. Tunggu upate-an saya berikutnya ya. Kamu bisa memasukkan email kamu dibawah ini agar tahu kapan saja saya update artikel di blog ini. Jika kamu suka artikel di blog ini jangan lupa untuk share ya. Ingat! 'Mereka' ada disekitar kita! Septino Wibowo