Pengalaman Pertama Pergi ke Kerajaan Leluhur
Halo guys, di artikel ini akan membahas banyak hal dan panjang sekali hehe. Karena ini pengalaman pertama saya mengalami hal yang menurut saya sangat berkesan di hidup saya. Saya merasa beruntung bertemu beberapa teman baru yang bisa memberikan saya banyak hal positif dan pelajaran lain yang belum saya ketahui sebelumnya.
Di artikel ini bukan membahas tentang kepercayaan atau hal sensitif lainnya. Entah dari kepercayaan kalian ada atau dibenarkan atau tidak tapi saya mengalaminya. Pernahkan kamu berpikir bahwa kamu pernah terlahir sebelumnya? Sebagai orang lain di masa lalu, sebagai orang yang bisa saja terkenal atau sangat berjasa? Atau berasal dari kerajaan tertentu? Ya, hal ini mungkin bisa saja terjadi dan mereka dinamakan leluhur atau pendahulu kita.
Di artikel ini saya tidak akan membahas leluhur saya karena saya belum bisa menemukannya sendiri. Disini saya akan membahas leluhur teman-teman saya yang luar biasa. Saya memang lebih suka berteman dengan orang-orang yang jauh lebih tua dari saya dalam hal usia. Karena dengan begitu saya bisa belajar banyak hal daripada berteman dengan orang-orang seumuran saya yang pasti akan biasa saja.
Dalam hal ini saya tidak tahu hal spesifik apa yang terjadi tapi saya merasakan dan melihatnya secara batin. Jadi, inilah ceritanya.
Cerita dimulai,
Beberapa hari lalu saya dengan beberapa teman saya di grup Whatsapp membahas tentang scan. Dan saya belum pernah tahu rasanya itu seperti apa. Kemudian teman saya sebut saja Deb, saya biasa memanggil om deb hehe. Dan beberapa teman lainnya om dwi dan bulek wiwid kita membahas tentang hal itu. Berangsurnya chatting kita saya pun penasaran rasanya bagaimana. Kepala saya yang waktu itu agak nyut nyutan justru membantu saya untuk lebih konsentrasi pada hal spiritual. Kemudian mlailah saya melakukan perjalanan menuju dimensi ghoib (saya menyebutnya begitu hehe).
Dengan dibantu om deb saya berhasil menembus terowongan panjang secepat kilat dan sampai diatas awan melihat sebuah kerajaan melayang diatas awan. Kerajaan itu berbentuk sangat unik dan luar biasa. Tak ada gambaran yang bisa menggambarkan betapa kerennya kerajaan itu. Kerajaan yang hampir seluruhnya berwarna keemasan dan coklat diarea pemukiman. Terlihat begitu indah. Dalam sejenak saya takjub dengan apa yang saya lihat. Kemudian saya melihat sosok makhluk yang tak seperti manusia secara fisik berseragam keemasan dengan armor besar dan ukiran yang unik dan seperti menyala karena terangnya warna emas.
Kemudian saya turun ke kerajaan itu dan mendarat di pintu gerbang yang luar biasa besarnya. Gerbang itu terbuka dan ada banyak orang seperti prajurit menyambut saya dengan seragamnya yang keemasan. Saya pun masuk kedalam kerajaan itu dan menelusuri beberapa tempat secara cepat. Selanjutnya saya melihat sosok yang wajahnya mirip dengan om deb. Tapi terlihat lebih kurus dan gagah dengan pakaian keemasannya. Dengan rambut panjang hitam bermata sipit berdiri didepan istana. Sosok itu diam dan tersenyum kearah saya. Sosok itu seperti menyampaikan sesuatu tapi saya tidak bisa mendengarkan apapun yang sosok itu sampaikan. Entah kenapa rasanya telinga saya terasa tuli karena tak mendengar ucapan sosok itu.
Tak lama kemudian saya berpamitan dan dengan cepat seperti melesat menghilang kedalam ruang dimensi yang menghempaskan saya ke tempat lain. Saya berada di tengah hutan dan ada seperti pintu didepan saya. Saya pun masuk kedalam pintu itu dan melihat sebuah pulau yang hijau dengan banyak sekali pepohonan. Di tengah pepohonan itu terlihat seperti istana kerajaan lagi. Kerajaan yang luar biasa bagus. Saya tak bisa mendeskripsikan betapa mengagumkannya tepat itu. Saya pun pergi ke istana tersebut dan berjalan diatas karpet yang ada banyak sekali ukiran yang sangat indah. Dimana mana ada ukiran yang memanjakan mata. Ada beberapa batu yang terlihat transparan atau bening sekali juga ada ukirannya. Di gerbang masuk pun ada ukiran yang dilapisi seperti emas.
Didalam ada banyak sekali prajurit yang menambut dengan pakaian yang disainnya sangat indah dan keren. Kemudian ada beberapa sosok wanita berpakaian layaknya permaisuri dengan selendang di pundak dan pinggang mereka. Setelah itu saya melihat sosok yang mirip om dwi berdiri didepan jendela. Sosok itu menyapa saya dan berbicara seperti bahasa bahasa jawa krama. Saya sedikit bingung dengan ucapannya karena terlalu cepat. Tapi ada ucapannya yang terngiang di telinga saya. "Sukma ning ati aji ning diri romo totonen bakti" kemudian saya pun ngangguk ngangguk aja. Tapi sosok itu terus bicara tanpa henti membuat saya bingung cara keluar dari tempat ini.
Saya pun mencoba berkeliling tempat ini, di puncak istana ada beberapa patung yang posisinya seperti orang semedi terbuat seperti dari emas. Setelah itu saya pun entah kenapa menghilang seperti tersedot keluar dari tempat itu dan kembali ke hutan. Ternyata om deb yang menarik saya. Tak lama saya pun kembali menemukan gerbang seperti gerbang keraton. Saya pun masuk kesana. Didepan seperti rumah joglo yang besar sekali. Disamping rumah itu ada banyak wanita berpakaian jawa memondong kendi di pinggul mereka dan berjalan melewati saya sambil tersenyum.
Saya pun masuk kedalam rumah joglo tersebut. Ada sosok orang tua gendut duduk di kursi seperti kursi singgasana tersenyum kemudian berdiri menyambut saya. Dengan brengos tebal dan blangkon yang ada ukiran serta seperti emas disekitarnya begitu indah. pakaiannya yang hitam dengan corak batik di beberapa bagian dan memakai jarik membuat orang tua ini nampak berwibawa sekaligus lucu. Karena orang tua ini terus berbicara tanpa saya mengerti karena hampir sama seperti sosok sebelumnya sosok ini berbicara sangat sopan dan cepat. Satu kata yang diulang ulang oleh orang tua ini adalah "Sumatri". Kemudian tak lama saya pun berkeliling tempat itu.
Di belakang rumah itu ada tempat seperti tempat latiha silat atau beladiri yang dipenuhi anak anak yang berkumpul disana. Di lorong jalan ada sosok wanita yang berparas cantik memakai baju hijau dan bersanggul kecil dan membiarkan rambutnya yang panjang terurai dipunggung. Sosok itu tersenyum dan menyapa saya seperti layaknya orang jawa kebanyakan dengan merapatkan telapak tangan dan sedikit menunduk. Saya pun membalas salamnya.
Tak selang berapa jauh dari tempat itu saya melihat sosok yang setengah orang setengah kuda. Ini kali pertama saya bertemu sosok seperti itu yang membuat saya ketakutan. Tapi kemudian sosok itu pun memberi salam kepada saya. Saya pun dengan ragu membalas salamnya. Sosok itu tersenyum dan berjalan mengarah ke gumpalan awan. Saya sedikit bingung karena ada awan dibelakang rumah dan gerbang bertulisan arab yang terukir dan banyak kendi berwarna keemasan dan juga ada gunung yang terlihat sangat jauh dari pandangan. Sosok manusia setengah kuda itu meraih tangan saya dan mencoba mengajak saya ke gunung tersebut tapi sosok yang mirip bulek menghalangi dan saya tak jadi pergi bersama sosok itu. Sosok seperti bulek wiwid ini berparas jauh lebih muda di wajah dan penampilan. Memakai baju adat jawa dan beberapa perhiasan ditangan, telinga dan lehernya.
Saya pun kembali ke rumah utama dan bertemu orang tua gendut itu lagi. Orang tua gendut itu mengelus elus kepala saya dan berkata " Goleken trisadya ing ati, mongso naliko sing marisi ajaning puniko kaweruh sinten kang dadi busono". Dan kemudian saya pun pergi dan kembali lagi setengah dari jiwa saya ke tubuh saya lagi.
Saya tidak tahu persis apakah itu tapi hal hal diatas sangat nyata dan terasa. Kalo semisal di film naruto seperti disebut bunshin atau membagi diri atau jiwa yang melakukan perjalanan jauh. Seperti itulah perjalanan saya pergi ke kerajaan-kerajaan leluhur om deb, om dwi dan bulek wiwid. Benar-benar pengalaman yang luar biasa.
Bagaiman menurut kalian? Apa kalian juga pernah mengalami hal ini? Atau kalian sudah ahli melakukan perjalanan jauh seperti ini?
Dan itulah cerita saya, semoga bisa menambah pengetahuan dan wawasan kita semua bahwa dunia ini sangatlah luas. Dimensi ruang dan waktu itu memang benar adanya dan sangat nyata.
Septino Wibowo |
Di artikel ini saya tidak akan membahas leluhur saya karena saya belum bisa menemukannya sendiri. Disini saya akan membahas leluhur teman-teman saya yang luar biasa. Saya memang lebih suka berteman dengan orang-orang yang jauh lebih tua dari saya dalam hal usia. Karena dengan begitu saya bisa belajar banyak hal daripada berteman dengan orang-orang seumuran saya yang pasti akan biasa saja.
Dalam hal ini saya tidak tahu hal spesifik apa yang terjadi tapi saya merasakan dan melihatnya secara batin. Jadi, inilah ceritanya.
Cerita dimulai,
Beberapa hari lalu saya dengan beberapa teman saya di grup Whatsapp membahas tentang scan. Dan saya belum pernah tahu rasanya itu seperti apa. Kemudian teman saya sebut saja Deb, saya biasa memanggil om deb hehe. Dan beberapa teman lainnya om dwi dan bulek wiwid kita membahas tentang hal itu. Berangsurnya chatting kita saya pun penasaran rasanya bagaimana. Kepala saya yang waktu itu agak nyut nyutan justru membantu saya untuk lebih konsentrasi pada hal spiritual. Kemudian mlailah saya melakukan perjalanan menuju dimensi ghoib (saya menyebutnya begitu hehe).
Dengan dibantu om deb saya berhasil menembus terowongan panjang secepat kilat dan sampai diatas awan melihat sebuah kerajaan melayang diatas awan. Kerajaan itu berbentuk sangat unik dan luar biasa. Tak ada gambaran yang bisa menggambarkan betapa kerennya kerajaan itu. Kerajaan yang hampir seluruhnya berwarna keemasan dan coklat diarea pemukiman. Terlihat begitu indah. Dalam sejenak saya takjub dengan apa yang saya lihat. Kemudian saya melihat sosok makhluk yang tak seperti manusia secara fisik berseragam keemasan dengan armor besar dan ukiran yang unik dan seperti menyala karena terangnya warna emas.
Kemudian saya turun ke kerajaan itu dan mendarat di pintu gerbang yang luar biasa besarnya. Gerbang itu terbuka dan ada banyak orang seperti prajurit menyambut saya dengan seragamnya yang keemasan. Saya pun masuk kedalam kerajaan itu dan menelusuri beberapa tempat secara cepat. Selanjutnya saya melihat sosok yang wajahnya mirip dengan om deb. Tapi terlihat lebih kurus dan gagah dengan pakaian keemasannya. Dengan rambut panjang hitam bermata sipit berdiri didepan istana. Sosok itu diam dan tersenyum kearah saya. Sosok itu seperti menyampaikan sesuatu tapi saya tidak bisa mendengarkan apapun yang sosok itu sampaikan. Entah kenapa rasanya telinga saya terasa tuli karena tak mendengar ucapan sosok itu.
Tak lama kemudian saya berpamitan dan dengan cepat seperti melesat menghilang kedalam ruang dimensi yang menghempaskan saya ke tempat lain. Saya berada di tengah hutan dan ada seperti pintu didepan saya. Saya pun masuk kedalam pintu itu dan melihat sebuah pulau yang hijau dengan banyak sekali pepohonan. Di tengah pepohonan itu terlihat seperti istana kerajaan lagi. Kerajaan yang luar biasa bagus. Saya tak bisa mendeskripsikan betapa mengagumkannya tepat itu. Saya pun pergi ke istana tersebut dan berjalan diatas karpet yang ada banyak sekali ukiran yang sangat indah. Dimana mana ada ukiran yang memanjakan mata. Ada beberapa batu yang terlihat transparan atau bening sekali juga ada ukirannya. Di gerbang masuk pun ada ukiran yang dilapisi seperti emas.
Didalam ada banyak sekali prajurit yang menambut dengan pakaian yang disainnya sangat indah dan keren. Kemudian ada beberapa sosok wanita berpakaian layaknya permaisuri dengan selendang di pundak dan pinggang mereka. Setelah itu saya melihat sosok yang mirip om dwi berdiri didepan jendela. Sosok itu menyapa saya dan berbicara seperti bahasa bahasa jawa krama. Saya sedikit bingung dengan ucapannya karena terlalu cepat. Tapi ada ucapannya yang terngiang di telinga saya. "Sukma ning ati aji ning diri romo totonen bakti" kemudian saya pun ngangguk ngangguk aja. Tapi sosok itu terus bicara tanpa henti membuat saya bingung cara keluar dari tempat ini.
Saya pun mencoba berkeliling tempat ini, di puncak istana ada beberapa patung yang posisinya seperti orang semedi terbuat seperti dari emas. Setelah itu saya pun entah kenapa menghilang seperti tersedot keluar dari tempat itu dan kembali ke hutan. Ternyata om deb yang menarik saya. Tak lama saya pun kembali menemukan gerbang seperti gerbang keraton. Saya pun masuk kesana. Didepan seperti rumah joglo yang besar sekali. Disamping rumah itu ada banyak wanita berpakaian jawa memondong kendi di pinggul mereka dan berjalan melewati saya sambil tersenyum.
Saya pun masuk kedalam rumah joglo tersebut. Ada sosok orang tua gendut duduk di kursi seperti kursi singgasana tersenyum kemudian berdiri menyambut saya. Dengan brengos tebal dan blangkon yang ada ukiran serta seperti emas disekitarnya begitu indah. pakaiannya yang hitam dengan corak batik di beberapa bagian dan memakai jarik membuat orang tua ini nampak berwibawa sekaligus lucu. Karena orang tua ini terus berbicara tanpa saya mengerti karena hampir sama seperti sosok sebelumnya sosok ini berbicara sangat sopan dan cepat. Satu kata yang diulang ulang oleh orang tua ini adalah "Sumatri". Kemudian tak lama saya pun berkeliling tempat itu.
Di belakang rumah itu ada tempat seperti tempat latiha silat atau beladiri yang dipenuhi anak anak yang berkumpul disana. Di lorong jalan ada sosok wanita yang berparas cantik memakai baju hijau dan bersanggul kecil dan membiarkan rambutnya yang panjang terurai dipunggung. Sosok itu tersenyum dan menyapa saya seperti layaknya orang jawa kebanyakan dengan merapatkan telapak tangan dan sedikit menunduk. Saya pun membalas salamnya.
Tak selang berapa jauh dari tempat itu saya melihat sosok yang setengah orang setengah kuda. Ini kali pertama saya bertemu sosok seperti itu yang membuat saya ketakutan. Tapi kemudian sosok itu pun memberi salam kepada saya. Saya pun dengan ragu membalas salamnya. Sosok itu tersenyum dan berjalan mengarah ke gumpalan awan. Saya sedikit bingung karena ada awan dibelakang rumah dan gerbang bertulisan arab yang terukir dan banyak kendi berwarna keemasan dan juga ada gunung yang terlihat sangat jauh dari pandangan. Sosok manusia setengah kuda itu meraih tangan saya dan mencoba mengajak saya ke gunung tersebut tapi sosok yang mirip bulek menghalangi dan saya tak jadi pergi bersama sosok itu. Sosok seperti bulek wiwid ini berparas jauh lebih muda di wajah dan penampilan. Memakai baju adat jawa dan beberapa perhiasan ditangan, telinga dan lehernya.
Saya pun kembali ke rumah utama dan bertemu orang tua gendut itu lagi. Orang tua gendut itu mengelus elus kepala saya dan berkata " Goleken trisadya ing ati, mongso naliko sing marisi ajaning puniko kaweruh sinten kang dadi busono". Dan kemudian saya pun pergi dan kembali lagi setengah dari jiwa saya ke tubuh saya lagi.
Saya tidak tahu persis apakah itu tapi hal hal diatas sangat nyata dan terasa. Kalo semisal di film naruto seperti disebut bunshin atau membagi diri atau jiwa yang melakukan perjalanan jauh. Seperti itulah perjalanan saya pergi ke kerajaan-kerajaan leluhur om deb, om dwi dan bulek wiwid. Benar-benar pengalaman yang luar biasa.
Bagaiman menurut kalian? Apa kalian juga pernah mengalami hal ini? Atau kalian sudah ahli melakukan perjalanan jauh seperti ini?
Dan itulah cerita saya, semoga bisa menambah pengetahuan dan wawasan kita semua bahwa dunia ini sangatlah luas. Dimensi ruang dan waktu itu memang benar adanya dan sangat nyata.
Post a Comment