Cerita Hantu Tegal dan Sawah #2

Halo guys, di artikel ini adalah lanjutan cerita hantu Tegal dan Sawah bagian 2. Di cerita kali ini kita akan membahas kelucuan kelakuan kami ketika di sawah dan juga seramnya sosok sosok yang tak terduga yang datang tak diundang. Yuk baca selengkapnya dibawah ini.

Setelah teman saya agak mendingn kakinya, saya pun memotong sehelai kain dari orang orangan sawah dan mengikatkan kain itu ke kaki teman saya. Kami pun beristirahat sejenak sambil mengatur nafas. Setelah sekitar 10 menit berdiam diri dan menenangkan diri saya pun mulai membuka percakapan. "Aku hampir mati karena tidak bisa bergerak diatas pohon mangga tadi, dan kau tidak menolongku malah berlari meninggalkanku". "Maaf, aku terlalu ketakutan" jawab temanku yang berlari meninggalkanku tadi.
Septino Wibowo
"Aku juga melihat sosok seperti pocong dibelakang kalian berdua tadi", "Benarkah? Pantas saja aku merasa berat sekali menggerakkan badanku", "Aku juga, rasanya seperti melayang layang dan pusing sekali" Jawab temanku yang terkena paku. "Tapi tadi itu cukup menantang, lain kali kita kesana malam hari dan mencari kuntilanak itu. Kata mbah ku kalo kita bisa menangkap kuntilanak kita bisa minta apapun yang kita inginkan" Kata temanku yang meninggalkanku. "Halah, tadi saja kau lari ketakutan, jangan sok berani kalo memang takut", sahut temanku yang satunya. "Iya, lagipula aku tidak mau kesana lagi. Sepertinya tegal itu dijaga oleh hantu hantu itu", Jawab teman saya yang terkena paku.

"Aku ketakutan karena itu pertama kali aku melihat sosok itu, dan itu yang paling mengerikan. Tapi kalo kuntilanak aku pernah melihatnya dan tidak seram sama sekali", jawab temanku yang meninggalkanku tadi sok berani. "Memang bagaimana wajah kuntilanak?" Tanyaku mengujinya. "Wajahnya cantik dan tidak seram, pakai baju putih dan melayang ke udara", Jawabnya sok tahu. Aku pun tertawa terbahak bahak, teman temanku yang lain juga ikut tertawa. "Aku baru saja melihat kuntilanak, dan wajahnya hancur, tidak cantik, bau nya busuk, aku tak melihat warna pakaiannya tapi sosoknya tidak seperti yang kau sebutkan. Mungkin kau melihat kuntilanak di tv hahaha" Jawabku sambil terus tertawa. "hahaha iya, mungkin karena terlalu melihat pocong mumun dan jefri di tv kau menganggap semua hantu memakai baju putih" (Kalo kalian tahu sinetronnya kalian seumuran dengan saya hehe. Waktu itu lagi boomingnya sinetron pocong mumun).

"Iya, aku memang melihatnya di tv, tapi aku tidak akan takut melihat sosok jelek itu lagi. Bilang saja kalian tidak berani ke tegal itu lagi. Dasar banci" Kata temanku yang meninggalkanku tadi sedikit emosi dan meledek kami. "Eh, siapa yang takut. Aku berani kesana lagi, tapi awas saja kalo kau lari lagi ketika sosok itu muncul. Kami akan menghajarmu rame rame" Jawab temanku dengan emosi. "Iya, aku tidak takut dengan sosok disana, aku cuma ngeri kalo ada banyak paku disana. Lain kali aku akan memakai sepatu boot agar tak terkena paku lagi. Ayo kesana. Siapa yang kabur akan dihajar rame rame", Jawab temanku yang terkena paku. Saya terdiam sesaat dan melihat kearah tegal, rasanya mata saya melihat kabut berwarna ungu dan bercampur warna lain (Mungkin itu yang disebut aura) dan sosok aneh berarna hitam berjalan kearah kami.

"Sep? gimana? ikut tidak? Malah ngalamun hadeh", tanya temanku yang terkena paku. "Ada sosok aneh berwarna hitam datang kemari" ucap saya seadanya. "Kamu kok bisa ngeliat banyak banget sedangkan kami cuma sekali. Jangan jangan kamu indigo sep. Hii geri", jawab teman saya yang terkena paku". "Mana setannya? biar aku pukul dengan kayu", jawab temanku yang meninggalkanku sok berani celingukan sambil mengambil batang kayu di sebelah nya. "Duh aku kok merinding ya, jangan jangan tino beneran lagi liat sosok itu" Jawab temanku yang satunya.

"Sebaiknya kita pergi saja, lupakan rencana ke tegal lagi, kita sudah dapat banyak mangga dan ketela. Ayo ke gubuk dan memakannya" Ajakku dan berdiri sambil mengambil karung berisikan banyak bangga curian itu. "Hemm gimana sih hadehh" jawab temanku yang sok berani itu dan membawa karung ketela dan temanku yang satunya membantu karena memang agak berat. Sedangkan teman saya yang terkena paku berjalan agak pincang membawa kayu untuk pegangan dibelakang kami.

Kami pun berjalan ke gubuk yang jaraknya lumayan jauh melewati lima kotak sawah berisikan tumbuhan padi yang sudah mengering dan siap panen. Kami pun akhirnya sampai di gubuk kecil yang ada angkringannya. Kami pun segera berpencar untuk mengumpulkan banyak kayu dan jerami kering untuk membakar ketela. Teman saya yang terkena paku pun duduk disebelah gubuk sambil mengupas mangga dan memakannya duluan. Setelah kayu kayu kecil dan jerami kering terkumpul kami pun mulai mencuci ketela di sumur kotak buatan untuk menyiram semangka semangka. Setelah itu kami pun mulai membakar ketela ketela itu dengan susah payah karena jerami jerami nya agak berembun dan agak susah dinyalakan apinya.

Entah jam berapa saat itu tapi matahari tak menampakkan wujudnya, mendung berkabut tapi tak turun hujan. Angin pun bertiup agak kencang. Kami pun berkumpul disamping gubuk dan menghangatkan diri sambil memakan ketela bakar dengan asyiknya. Setelah itu kami memakan mangga dan terakhir mencari semangka semangka kecil yang untuk dipetik dan diminum airnya. Kami pun kekenyangan dan beristirahat sejenak didalam gubuk dan hujan akhirnya turun juga.

Suara petir membuat kami ketakutan, Kami sesekali menutup telinga kami saat ada kilatan putih muncul didepan pintu gubuk karena itu menandakan akan ada petir bergemuruh. Suara petir membuat kami tegang dan ketakutan. Ketika kilatan putih muncul lagi, setelah itu saya melihat sosok aneh berwarna hitam itu lagi. Sosok yang mengerikan dan saya melihatnya begitu jelas didepan pintu gubuk. Sosok itu seperti memiliki ekor ular yang panjang. Walaupun sosoknya agak kecil tapi rupanya yang mengerikan membuat saya memejamkan mata dan gemetaran serta berkeringat dingin. Teman teman saya pun memanggil nama saya, mungkin mereka khawatir dengan saya yang tiba tiba aneh lagi. "Sep, kamu kenapa?" Tanya teman saya yang terkena paku. Saya pun membuka mata dan sosok itu pun hilang. Saya pun menggeleng kepala dan menekuk kaki menghangatkan diri. Kemudian saya mendengar bisikan yang sangat jelas tapi saya tidak mengerti bahasanya. Saya pun merinding disko dan berharap hujan segera berhenti dan kami bisa langsung pulang.

Ok, cerita part ini cukup disini dulu, besok kita lanjut lagi yaa. Jangan lupa berlangganan artikel saya supaya gak ketinggalan cerita selanjutnya. Caranya gampang banget, tinggal klik berlangganan disini atau klik lonceng merah dan ikuti petunjuk selanjutnya. Jangan lupa juga untuk follow saya di sosmed, caranya gampang banget tinggal klik simbol simbol sosmed di blog ini. Semoga di part ini bisa menghibur kalian guys. Part selanjutnya paling seru. Jangan sampai ketinggalan ya. Akhir kata, 'mereka' itu nyata. Septino Wibowo