Pengalaman Mistis Di Puncak Gunung Argopuro, Lasem, Rembang Part 2

Halo guys, lama ya gak nulis rasanya agak males entah kenapa mungkin karena kecapean dan banyak aktivitas berat akhir akhir ini. Banyak PR saya untuk memenuhi request para pembaca setia blog saya. Dari cerbung horror sampai share pengalaman supranatural dan juga mistis. Dan saya mempunyai segudang cerita tentang hal yang berbau supranatural dan mistis yang akan saya share di blog ini. Jika dulu saya pernah bahas tentang gunung Argopuro Rembang di bagian satu, maka ini adalah cerita di bagian dua karena saya dua kali naik ke puncak gunung Argopuro dengan orang orang yang berbeda karena suatu tujuan.

Cerita ini mewakili unek unek saya selama ini karena tidak pernah bisa menceritakan hal yang saya lihat kepada siapapun karena saya belum siap. Dan ketika saya sudah Come Out dan tidak takut lagi bercerita tentang hal yang banyak orang anggap gila dan tidak masuk akal membuat saya merasa lebih baik.
Septino Wibowo
CERITA DIMULAI,
Saya tidak begitu ingat tanggalnya, mungkin sekitar akhir juli atau awal agustus 2015. Saya, dan para sahabat saya, Huda, Hadi, Udin, Burhan, dan Muiz adalah anak Panti yang sudah sangat dekat satu sama lain sejak kelas 1 SMK. Sebenarnya ada dua lagi angkatan kami tapi mereka keluar dari panti karena tidak betah dan saya juga sangat dekat dengan mereka yaitu Anwar dan Bayu yang juga sepupu saya. Kala itu tidak memiliki banyak agenda di Panti jadi kami membuat rencana untuk pergi ke puncak bersama, sudah sejak lama. Dan ketika semuanya setuju dengan tanggalnya kami pun berangkat, saya tidak begitu ingat harinya mungkin hari jumat karena saya ingat kami sempat jum'atan dulu di Masjid Pamotan. Kami berencana ekstrim untuk berkemah selama 3 hari dipuncak gunung tapi pada akhirnya kami pulang ditengah hari kedua haha. Dan tentu ada ide nakal kita setelah itu yaitu setelah muncak kami ada kesempatan pulang ke rumah masing masing selama satu hari hehe, udah biasa 😂

Bekal yang kami bawa pun tidak main main, yaitu mie rebus satu dus sekitar 14 bungkus, air pastinya dua botol besar setiap orangnya, pakaian ganti, jaket, dan peralatan pribadi serta tenda dan dua tongkat penyangga. Kami sudah meminta izin kepada pengasuh dan dikabulkan dengan mudah. Kami juga meminjam kamera panti untuk mendokumentasikan momen kami di perjalanan sampai di pulang kembali tapi sayangnya semua foto yang hilang entah kemana secara misterius. Saya sudah mengontak mereka para sahabat saya tapi tidak ada satupun dari mereka yang tahu kemana foto foto itu berada padahal saya juga sudah menguploadnya di facebook tapi tidak ada juga. Sekitar 200+ foto hilang dan yang tersisa hanya dari jepretan kamera hp kami masing masing yang masih bisa diselamatkan.

Kami pun pergi bersama, ada dua orang bergantian memegang dua tongkat yang dijadikan satu untuk mengangkat dus mie instan dan tenda. Sementara yang lainnya juga membawa tes besar mereka masing masing. Kami pun berangkat menggunakan bus dari rembang sampai ke lasem. Sampai lasem kami naik lagi bus hingga sampai ke lokasi masuk perdesaan. Kami pun beristirahat sebentar di masjid dan sholat jumat disana. Biasanya seharusnya perjalanan dimulai dari tempat parkiran motor yang masih jauh diatas, tapi karena keterbatasan kami rela berjalan kaki dengan menempuh jarak yang lumayan jauh hingga kami mendapatkan tumpangan truk beberapa kali. Walaupun tidak lama tapi sudah cukup untuk menyimpan energi kami dalam perjalanan. Kami mulai naik menanjak dan walaupun di siang bolong 'mereka' tidak pernah hilang dari pandangan.

Kami berjalan sambil ngobrol dan bercanda juga sesekali bergantian mengangkat tiang penyangga dan minum sedikit air. Hingga kami kelelahan dan beristirahat sejenak di perjalanan, kami melihat beberapa orang naik motor dengan pakaian khas pendaki melambai ke arah kami. Ada yang sudah pulang dan juga baru datang menggunakan motor mereka. Kami terlihat sangat mengenaskan karena belum naik gunung yang sebenarnya kami sudah kelelahan. Kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga hampir sampai ke tempat parkiran kami beristirahat kembali dan membeli beberapa makanan dan gorengan serta air.

Perjalanan yang sebenarnya baru dimulai, dan kami pun bersemangat kembali untuk melanjutkan perjalanan tapi waktu menunjukkan waktu ashar, jadi kami memutuskan untuk sholat terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan yang sebenarnya, tentu dengan sedikit berpoto ria bersama tapi fotonya hilang semua 😓. Saat hendak sholat kami pun bercanda entah kenapa kejahilan selalu ada, dengan kelucuan kami tertawa dan kemudian beribadah bersama. Setelah itu kami memulai perjalanan dan tidak lupa mengisi air dulu. Di awal perjalanan melewati desa dan perkebunan saya tidak khawatir dan menyuruh penjaga saya membuat lingkaran karena teman saya Burhan dan Udin sudah ada penjaga masing masing yang sudah cukup kuat untuk melindungi diri sendiri dan yang lainnya tapi saya tidak pernah membahas tentang penjaga mereka sama sekali hehe. Muiz, Huda dan Hadi masing masing saya lingkari penjaga untuk berjaga jaga jadi saya hanya memiliki 2 penjaga tersisa.

Setelah itu saya mencoba membuat jalan putih lagi dengan energi saya seperti dulu tapi saya entah kenapa tidak bisa dan aura sekitar tidak seperti beberapa bulan lalu. Ada perbedaan yang sangat jelas, saya bahkan tidak hanya melihat asap asap kecil tapi juga ops dan beberapa yang menampakkan diri. Saya mencoba tetap tenang dan bersikap biasa dengan menggunakan kepribadian saya yang konyol agar bisa mengatur energi saya kembali. Saya pikir saya tidak perlu mengeluarkan energi internal saya untuk berjaga karena saya lihat penjaga teman saya sudah cukup hebat menurut saya untuk melindungi kami semua. Kami kemudian terus naik dan tidak ada kendala yang berarti dan juga ancaman lainnya. Bukan hal asing bagi saya merasakan genderuwo yang sering melintasi kami, sepertinya hal aneh bermunculan. Bukan gangguan pada teman saya tapi pada saya sendiri. Para penjaga saya tiba tiba tidak ada bahkan di semua teman saya juga hilang. Kemudian saya merasa berat dibagian pundak dan kaki.

Saya mencoba tenang dan berpikir positif mungkin ada sesuatu yang perlu mereka urus. Kami pun melanjutkan perjalanan. Tidak seperti biasa, saya tidak bisa berlari dan memimpin didepan. Rasanya sangat berat sekali tidak seperti dulu. Saya pun sedikit tertinggal karena merasa kelelahan mengangkat kaki saya yang terasa berat. Saya pun beristirahat sebentar untuk mengumpulkan energi dan mengatur nafas. Kemudian saya melihat sosok wanita dibelakang teman saya yang bernama Hadi. Sosok itu menampakkan diri begitu jelas sampai saya pun agak pusing melihatnya. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi tapi saya yang tidak karuan kenapa tanpa sebab merasa sangat lelah bahkan untuk membuka mata saya hampir tidak sanggup. Saya tidak merasa haus atau lapar, hanya tenggorokan saya yang tiba tiba kering dan susah untuk bernafas. Akhirnya kami pun berhenti lagi ditengah perjalanan dan memakan beberapa mie instan dengan cara langsung dikasih bumbu dan diremas remas lalu memakannya. Ada beberapa teman saya yang melihat pohon jeruk dibawah dan mengambilnya.

Ada beberapa lagi juga ikutan mengambil. Saya yang kelelahan hanya menjadi penonton mereka. Sampai akhirnya ada sosok lagi yang menampakkan diri dibalik pohon pohon bambu. Begitu besar dan tinggi, saya yang merinding pun tidak sanggup melihatnya dan memutuskan menyusul teman saya kebawah untuk sekedar melihat apa yang mereka lakukan karena saya paling tidak suka dengan buah jeruk. Ini berawal waktu saya kecil saya pernah memakan buah jeruk yang pahit sekali dan tidak sengaja mengunyah bijinya yang membuat rasa pahit itu semakin terasa. Dan sejak saat itu saya membenci buah jeruk. Lanjut ke cerita, mereka pun mendapat beberapa buah jeruk yang kecil dan berwarna hijau tua. Saya yakin rasanya tidak akan enak. Saya yang kehilangan tenaga pun ditawari teman saya untuk makan jeruk tapi saya tidak mau. Tenggorokan saya masih terasa kering sampai sekarang dan satu botol air sudah habis dan saya tidak bisa menghabiskan persediaan air karena perjalanan masih panjang. Saya pun terpaksa memakan jeruk yang diberikan teman saya dan rasanya luar biasa asam. Saya sampai merem melek memakannya, sampai gigi geraham saya berdecit saking asamnya.

Tapi perlahan tenggorokan saya terasa membaik jadi saya terus memakan jeruk itu sampai setengah buah dan memberikannya kepada teman saya lagi karena tidak kuat memakannya. Kami pun melanjutkan perjalanan, hingga sampai pohon gede yang hampir menutupi jalan dengan akarnya membuat saya gilu melihat sosok yang tidak lazim. Sosok itu menatap beberapa teman saya, dan kemudian mengalihkan pandangannya kearah saya. Saya pun khawatir kalo sosok itu bukanlah sosok yang baik dan pengganggu seperti parasit yang bisa membuat teman saya ketempelan. Mau tidak mau saya pun berbicara pada sosok itu dalam hati, dia tidak menjawab tapi menatap saya seperti marah. Rambut panjang, gigi besar, mata lebar dan memiliki kuku yang panjang sudah cukup membuat saya mual ditambah dengan dua kepala dan tiga lengan membuat penampilannya sempurna anehnya. Saya pun melewatinya dengan curiga dan tidak bisa berbuat apa apa karena saya tidak pernah belajar ruqyah atau hal lainnya yang bisa mengusir mereka tanpa bantuan penjaga saya. Ketika kami hendak sampai puncak, saya merasa kaki saya ada yang memegangi tapi entah kenapa saya tidak bisa melihat sosoknya.

Beberapa suara tawa tak biasa berasal dari pepohonan lebat berduri entah apa namanya. Sedangkan teman teman saya sudah jauh didepan saya pun duduk memejamkan mata. Saya kesal kenapa saya yang selalu diincar. Saya pun kemudian mengancam mereka dalam hati, jika mereka tidak melepaskan saya, maka saya akan membunuh mereka semuanya. Setelah itu tawa kembali muncul, saya tahu kalo itu tidak akan berhasil karena mereka tahu penjaga saya sedang tidak ada. Saya pun dengan sekuat tenaga berjalan menyusul teman saya yang hampir sampai ke puncak dan kami pun sampai dengan selamat di sore hari menjelang malam dengan kabut yang mulai datang. Anehnya, para pendaki yang memakai motor tadi tidak ada dan belum ada yang sampai padahal kami begitu lambat. Ini sangat aneh karena saya melihat mereka memarkirkan motor mereka di parkiran motor yang biasanya untuk parkiran para pendaki.

Teman teman saya mungkin tidak sadar akan hal ini tapi saya begitu bingung dengan keadaan ini, saya melihat sekitar seperti bukan tempat saya dulu berkemah. Begitu sunyi bahkan tidak ada sosok apapun diatas sini. Saya mencoba memanggil penjaga saya, tidak ada respon. Ok kita terjebak entah di dunia nyata atau buatan para penghuni ghoib disini. Yang jelas begitu aneh dan tidak seperti biasanya.

Kami pun segera mendirikan tenda sebelum kabut makin pekat. Tidak lama untuk mendirikan tenda karena saya, Huda, Muiz dan Hadi adalah anak pramuka bantara dan laksana di sekolah. Setelah selesai, kami pun segera masuk kedalam tenda, hawa dingin menusuk tulang. Kami pun mulai membuat penerangan, kami menemukan beberapa benda seperti kaleng dan kompor kecil tergeletak begitu saja. Kami pun mengambilnya dan kemudian menggunakannya sebagai penghangat dan juga penerangan. Kami pun memasak mie dengan panci kecil yang kami bawa dari Panti. Panci itu entah darimana saya lupa mungkin beli atau gimana tapi yang jelas panci itu saya bawa pulang hehe tentu dengan izin mereka. Setelah merasa kenyang kami pun kedalam tenda, ada yang bermain hp ada yang bermain kartu.

Saya pun ikut main, nama permainannya adalah pokeran, permainan ini sangat populer di jawa dengan sebutan yang berbeda. poker adalah kartu dengan angka dua yang menduduki angka tertinggi dalam kartu, jadi permainannya cukup mudah yaitu hanya menjadi pelempar kartu terbesar sampai kartu kami habis. Kami pun bercanda dan tertawa bersama sampai akhirnya ada teman saya yang ingin BAB. Saya pun disuruh mengantar, tanpa saya sadari beberapa sosok yg hanya menunjukkan kepulan asap mulai berdatangan. Saya pun mulai pusing dan hidung saya terasa pilek karena udara dingin khas pegunungan. Selagi teman saya mengumpulkan batu kecil dan mecari tempat untuk membuang hajat saya melihat sekitar begitu gelap dengan kabut yang luar biasa. Beberapa sosok anak kecil bersembunyi di semak semak dan melihat kearah saya dan teman saya Burhan yang sedang buang hajat. Kami pun berbincang bincang supaya hawa dingin tidak begitu terasa dan mengabaikan keberadaan dedemit sini. Setelah teman saya sudah selesai, kami pun kedalam lagi dan bermain kartu. Puja kerang ajaib, panggilan alam giliran mengundang saya untuk datang. Saya pun keluar tenda dan mencari tempat lagi untuk membuang emas berharga saya. Beberapa dari mereka menyapa saya dan tersenyum.

Saya mengabaikan mereka dan segera bertapa emas. Teman saya yang jahil yaitu Huda keluar tenda dan menyoroti saya dengan senter, saya pun berteriak ngomel ngomel karena tidak sopan mengintip orang sedang bertapa emas. Dia pun tertawa dan buang air kecil di tempat anak anak kecil itu bersembunyi haha. Setelah saya selesai dengan urusan alam, saya pun kembali dan melihat sosok seperti wanita melambai dari kejauhan. Makin merinding dan tidak mau memperhatikan mereka, saya pun masuk kedalam untuk segera tidur. Beberapa dari teman saya ada yang masih bermain kartu dan menonton jav di hp nya berkerumulan.

Pagi pun datang, rencana hari ini tidak jelas dan tiba tiba membagi tugas. Saya, Udin dan Huda bertugas mengambil air dibawah, saya dan Hadi yang tahu tempatnya karena kami pernah melewati sumber air itu dulu waktu muncak pertama disini dan mengambil jalan memutar. Jadi saya yang menjadi petunjuk jalan, ini pasti sangat melelahkan karena jalannya yang tidak bagus dan sedikit berbahaya dan juga sangat jauh. Tapi sebelum itu kami berpoto poto bersama dan selfie sendiri, setelah itu memasak sarapan dan tentunya mie instan yang tinggal sedikit karena kerakusan kami memakannya mentah mentah. Kami pun bergantian memasak dan memakannya dengan brutal. Ada yang dengan alat bantu seperti sumpit untuk mengambilnya ada yang tidak sabar mengambilnya dengan tangan kosong haha. Kami bahkan berebut mie dan walaupun terlihat jijik karena tanpa alat bantu dan menggunakan tangan kosong kami tetap menikmatinya sampai habis.😂😂😂

Setelah santap pagi, saya, Huda dan Udin pun kebawah membawa banyak botol air untuk diisi. Kami berjalan kebawah dengan cukup mudah karena tenaga tidak terlalu terkuras. Di tengah perjalanan melewati pohon gede yang akarnya hampir menutupi jalan itu saya melihat lagi sosok itu diatas pohon. Entah kenapa saya tidak merasa setakut kemarin dan mencoba memandangnya sesaat. Dia pun menghilang entah kemana dan setelah itu selang beberapa menit kepala saya mulai pusing lagi dan kaki saya terasa sangat berat.

Saya pun mengabaikan hal ini dan terus berjalan. Beberapa kali hendak terjatuh sudah biasa untuk saya karena tekanan dari para dedemit itu yang mengincar saya. Saya pun mencoba sabar dan berharap para penjaga saya kembali dengan kedua penjaga teman saya. Sampai akhirnya kami hampir sampai, aura yang gelap menjadi terang. Entah kenapa aliran air itu membuat saya merasa enteng dan kami pun mencari orang untuk bertanya dimana sumber air minum karena saya agak lupa tempatnya. Akhirnya kami bertemu penduduk sekitar yang sedang berakhivitas di hutan dan menunjukkan tempat sumber air. Saya pun melihat penjaga saya dari kejauhan tapi tidak begitu jelas dan ketika saya berkedip mereka hilang lagi 😢.

Saya dan teman teman saya pun bergembira dan lanjut ke sumber air yang sangat bening dan menyegarkan. Tidak lupa kami membasuh wajah dan mandi hanya sekedar membasuh badan. Sangat segar dan bening. Ada beberapa udang kecil yang menjadi perhatian kedua teman saya. Mereka pun mencoba menangkap udang udang kecil itu entah untuk apa sementara saya asyik berpoto tapi lagi lagi foto di sumber air ini hilang entah kemana. Kemudian setelah puas bermain air dan mengisi semua botol dengan air kami pun memakai baju kami kembali dan kembali ke puncak lagi 😌.

Merupakan perjalanan berat untuk keatas lagi karena kami berada dibawah atau dasar. Kami pun segera keatas dan teman saya Udin bermaksud mencari jalan pintas yang akhirnya membuat kami terbelangsak ke tempat tidak jelas dan malah kesusahan untuk berjalan, melewati tempat yang tidak seharusnya dilewati sampai memanjat manjat tidak jelas yang membuat Huda mengomel tidak jelas karena kelakuan Udin 😂😂.

Kami pun akhirnya dapat melewati rintangan seperti ninja warior dan terus berjalan sampai ke puncak. Aura sekitar pun berubah kembali tidak enak. Saya merasa ada yang mengikuti dari belakang. Bukan cuma satu sosok tapi banyak dan mereka terlihat tidak berniat baik. Dan benar saja, saya langsung merasa energi saya habis seketika beberapa menit kemudian dan membuat kepala saya pusing. Hal ini hampir sama ketika saya pertama kali muncak kesini dengan teman saya Winarto, Davit, Hadi, Sendi, Nadya, Ja'far Sodiq dan mantan Davit entah siapa namanya lupa. Saya pun loyo dan pusing. Sosok di pohon gede itu muncul lagi dan tertawa dengan wajah jeleknya. Saya pun tidak bisa berbuat apa apa.

Saya tertinggal lagi diantara dua teman saya itu saya jauh dibelakang. Saya pun tidak kuat menahan diri dan akhirnya duduk lemas beberapa saat, padahal hampir sampai ke puncak beberapa puluh meter lagi. 'Mereka' pun datang, si wanita jalang (Kunti), Buruk rupa (Genderuwo), dan sosok sosok yang saya tidak tahu namanya berkumpul. Saya pun mencoba bangkit dan berlari mengejar teman saya dan dengan sekuat tenaga saya berjalan menuju tenda dan meletakkan botol air dan tergeletak tak berdaya. Saya pun memejamkan mata dibawah tenda yang super panas. Saya pun tidak menghiraukan lagi panas tenda ini karena saya ingin mengumpulkan energi saya kembali.

Ketika saya memejamkan mata, beberapa dari penjaga saya muncul dan berkata untuk membuka pintu. Saya bingung pintu apa, dan ternyata ada pintu merah yang terkunci, saya pun membukanya kemudian saya membuka mata saya dan energi saya kembali pulih. Semua penjaga saya pun kembali dan juga penjaga teman saya. Saya melihat ke sekitar seperti banyak sampah berserakan tapi entah mengapa teman teman saya tidak melihatnya. Sampah sampah ini bukan milik kami, dan ini terlihat baru. Saya pun baru menyadari kalo kami berada didalam ilusi dedemit sini oleh karena itu kami berjalan dan menempuh perjalanan yang berbeda dengan pendaki lain.

Dan itu sebabnya kami tidak melihat satu pendaki pun yang naik ke puncak kemarin karena kemungkinan besar mereka sudah kembali tadi pagi. Sungguh gila untuk memikirkan hal ini karena saya pernah mengalaminya waktu SD. Berarti teman teman saya masih ada didalam lingkup ilusi dedemit yang entah apa namanya perbedaan ruang atau apalah. Mungkin setelah turun mereka akan kembali normal, dan saya tidak berani bilang hal ini saat itu hehe. Entah ini karena saya atau bukan saya merasa bersalah karena membuat mereka merasakan dunia lain dari dunia yang nyata. Mungkin tadi malam banyak yang berkemah dan bersenang senang, alangkah gilanya hal ini bisa terjadi.

Hal menjengkelkan lainnya terjadi, beberapa dari kami ingin kembali saja karena tidak kuat dengan panasnya trik matahari dan rencana ekstrim tiga hari berkemah di puncak gagal. Sebelum kami turun, kami pun tidak lupa berfoto ria seperti biasa karena kami begitu narsis terutama saya, Huda  dan Udin haha. Setelah mengambil banyak foto sampai memori hampir penuh di kamera, kami pun turun gunung dengan langkah enteng karena para penjaga kami sudah kembali dan para dedemit pun menghindar. Langkah saya pun begitu ringan sampai akhir perjalanan tanpa ada kendala apapun. Sungguh pengalaman yang luar biasa ngerinya jika mereka tahu dan mereka mungkin akan tahu karena saya menulis kisah ini haha.

INILAH FOTO FOTO KAMI YANG TERSISA







Baiklah itulah cerita panjang saya dengan pengalaman mistis yang sangat gila menurut saya, dan mungkin itu sebabnya foto kami semua hilang tanpa jejak dimanapun tidak ada satupun yang tersisa karena kami tidak berfoto di dunia nyata 😖. Dan hanya tersisa foto yang diambil ketika kami baru akan naik gunung dan siang hari ketika kami akan pulang dan turun gunung. Mungkin itulah satu satunya saat kami mengambil foto di dunia nyata. Mengerikan? Bingung? Tidak usah dibahas karena akan pusing nantinya haha.

Mungkin cukup sekian cerita saya dan teman teman saya tentang Pengalaman Mistis Di Puncak Gunung Argopuro, Lasem, Rembang Part 2. Semoga cerita diatas bisa menghibur kalian semua. Jangan takuti 'mereka' yang tertawa puas melihatmu menderita karena kekalahan melawan mereka, tapi takutlah ketika kita menang dan berteman dengan 'mereka' yang tidak seharusnya berteman dengan manusia. Akhir kata, 'mereka' ada disekitar kita. Septino Wibowo